sman1petakmalai.net - Air bersih adalah salah satu sumber daya penting yang mendukung aktivitas di sekolah. Kebutuhan air tidak hanya untuk keperluan konsumsi, mencuci dan toilet, tetapi juga untuk keperluan lain seperti ngepel, dan menyiram tanaman. Oleh karena itu ketersediaan air mutlak mencukupi untuk seluruh warga sekolah.
Untuk mengambil air dari sumur bor memerlukan pompa air yang menggunakan sumber energi listrik yang masih bergantung pada genset. Tentunya untuk mengurangi biaya operasional dan mengatasi keterbatasan sumber daya energi tersebut, maka alternatif air hujan juga menjadi pertimbangan penting.
Karena kendala-kendala yang menyebabkan akses untuk mendapatkan air bersih inilah maka tandon atau profil tank diperlukan untuk menampung air sementara. Dengan demikian ketersediaan air sehari-hari bisa tercover selama satu atau dua hari tanpa harus setiap saat menghidupkan genset. Terlebih lagi saat musim hujan, pasokan air akan selalu lebih dari cukup untuk mengisi tandon-tandon air sehingga pada periode waktu ini biaya operasional genset dapat dikurangi.
Beberapa waktu lalu, tower air tempat tandon atau profil tank yang memang telah cukup berumur sudah mulai rusak. Beberapa papan dan balok penyangga yang mulai lapuk tak mampu lagi menahan masa air. Beruntung masih ada sisa balok yang bertahan sehingga tandon air tidak benar-benar ambruk dan jatuh ketanah. Karena jika demikian, maka dipastikan dengan muatan air didalamnya tandon akan pecah atau bocor.
Untuk mengganti tower tempat tandon ini, beberapa siswa bergotong royong memindahkan dan mengganti material yang lebih kuat. Tidak tanggung-tanggung Kayu Ulin yang merupakan kayu kelas satu dipilih sebagai material utama. Dengan bahan-bahan kokoh ini setidaknya usia bangunan dapat bertahan belasan hingga puluhan tahun tanpa khwatir lapuk karena cuaca ataupun seranggan serangga rayap.
Kebiasaan gotong royong masih menjadi tradisi yang sering dilaksanakan di sekolah, terutama ketika menyelesaikan kegiatan yang sulit diselesaikan sendiri atau hanya satu dua orang. Dengan kerja sama, pekerjaan-pekerjaan berat yang biasanya membutuhkan beberapa hari untuk diselesaikan dapat segera dituntaskan hanya dalam hitungan jam. Untuk pekerjaan kasar seperti ini, tenaga siswa laki-laki lebih banyak dibutuhkan sedangkan para siswi biasanya akan membantu dengan cari lain misalnya dengan menyiapkan konsumsi atau hidangan selama proses gotong royong.